Sabtu, 03 September 2016

Rawajati Dan Segregasi Kasta

Lagi, drama penggusuran dengan segala warna-warninya, dengan beragam peran di dalamnya, menghiasi tipi di rumah kita, meramaikan tulisan di koran-koran, di situs-situs berita onlen, di dinding-dinding pesbuk, dan semacamnya.

Apa kabar warga luar batang? apa kabar warga kalijodo? pasti kalian baik-baik saja hari ini. Para ibu yang duduk santai di muka jendela rusun merunda, menikmati embusan angin pantai, sembari menunggu anak-anak pulang dari sekolah diantar bus gratis, milik pemerintah kota. Para bapak yang dengan semangat baru memulai usahanya, yang juga difasilitasi pemerintah kota.

Sebentar lagi orang-orang beruntung dari Rawajati bergabung bersama kalian, membangun asa baru.

                              *****

Rasanya kita gak lagi sabar, melihat Jakarta kembali muda, yang tampak hijau dengan taman-tamannya yang asri dan bunga disana-sini, dengan transportasinya yang nyaman, mengantar kita kesana-kesini.

Karena sejujurnya, gak pernah mudah meninggalkan kampung halaman, tempat kita dilahirkan, tempat tertulis lembaran-lembaran kenangan. Tempat muda-mudi terpojok menangisi malam sehabis dikhianati kekasih idaman, tempat laki-laki ngobrol ngalor ngidul melepas penat seusai bekerja seharian, tempat ibu-ibu berjejer rapi ditangga rumah sekedar mencari kutu dan bercerita ini itu.

Dan kita harus rela meninggalkan semua itu, memberi kesempatan Jakarta berbenah diri.
Pun jika nanti Jakarta menjadi terlalu angkuh (lebih angkuh dari calon suaminya Rose di pelem titanic) bagi kita, karena semangat gentrifikasinya. Kita tetap kudu berlapang dada, toh kita hanya jelata, elemen penting ketika musim pemilu saja.

Jakarta, sebagaimana potret kota-kota maju di dunia, ia akan menjadi indah, modern dan gemerlap. Tapi juga akan menjadikan segregasi si miskin dan si kaya semakin kentara.

Bukan begitu Mat Sanih?


02'09'2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar