Sabtu, 03 September 2016

Intuisi

Seperti halnya orang-orang pilihan yang disayang Allah, seniman pun memiliki firasat sendiri, yang mereka kabarkan lewat lirik lagunya.

Gak ada yang gak tau lagu wakil rakyatnya Iwan Fals, dari sejak lirik lagu itu ditulis sampe sekarang wakil rakyat ya begitu itu gaweannya. Bang Bens misalnya, entah taon berapa lagu Kompor meleduk diciptakan, ampe gini hari jakarta masih banjir dan kompor masih meleduk, bahkan lebih dahsyat sampe menghilangkan banyak nyawa, meskipun kompornya udah berubah bentuk, yang tadinya pake minyak tanah, sekarang pake gas yang tabungnya warna ijo, warna yang sama ame balon yang meletus dalam lirik lagu balonku, ciptaan AT Mahmud.

Dan baru-baru ini saya baca postingan seseorang tentang isu globalisasi, ia mengutip pendapat para pakar ekonomi liberal, yang mengatakan bahwa telah terjadi ketimpangan besar dalam perekonomian dunia, negara kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Laah, bukannya itu lagunya Rhoma Irama "Yang Kaya Makin Kaya Yang Miskin Makin Miskin". Jangan tanya saya, siapa yang sebenernya jiplak kalimat sakti itu. Rhoma Irama yang pernah denger para pakar itu berpendapat, atau para pakar itu yang diem-diem sering dengerin lagu dangdut. Hehe.

Balik lagi ke Iwan Fals, taukan lagu Kereta tiba pukul berapa? ada baitnya yang bercerita tentang proses tawar menawar saat kena tilang. Sampe sekarang ya begitu itu.

Entah esok hari, entah lusa nanti, entaah..

Hidup memang gak lebih dari pengulangan sejarah, bedanya hanya pelaku, waktu, dan situasi yang sedikit berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar