Jumat, 07 Oktober 2016

Benang Merah



Membaca tulisan tentang 'Kelas Menengah Berpolitik Tanpa Ideologi' di Tirto.id pagi ini, saya malah terjebak dalam kolom komentar di bawahnya. Sangat menarik komentar dari Muhammad Ihsan yang mengutip buku Undoing The Demons karya Prof Wendy Brown--gak usah tanya siapa dia, saya juga gak kenal, berikut saya copas sedikit;

".. 4 hal yg menjadi akibat dari Neoliberalisme.
Kesenjangan yang semakin intens (p. 28), komersialisasi nir-etik -berkelindan dengan- kemesraan institusi negara dengan modal korporat/finansial (p.29), dan porak poranda ekonomi akibat keleluasaan dan dominasi (pe)modal (p.30)."

Nah.. kalian bisa menarik benang merah kutipan di atas dengan keadaan negeri kita saat ini;

Selamat menikmati sarapan pagi!

Tulisan Pengganggu Sholat



Sejak kapan ya? saya lupa. Saya punya kebiasaan memakai sarung kalo mo sholat dengan terbalik--yang harusnya bagian bawah saya taro diatas--agar tulisan merk sarung gak dibaca orang yang di belakang saya. Kan gak lucu pas dia rukuk baca 'gajah duduk', 'atlas', 'cap manggis', dan semacemnya. Setidaknya ini (menurut saya ya bukan berdasarkan fiqh) bakal ngerusak konsentrasinya.

Dan kemaren akhirnya saya mengalami peristiwa itu, peristiwa yang membuat saya makin yakin untuk menghindari tulisan apapun dibagian belakang baju atau sarung yang saya pakai untuk sholat berjamaah.

Peristiwa itu terjadi beberapa saat sebelum  seorang temen 'nyeletuk' ke temen saya yang lain, yang sholat di depannya,

"bro besok kalo sholat ente jangan pake lagi ntu kaos! eet daah kaga enak amat bangun dari rukuk gak sengaja baca tulisannya.."

Saya ngakak pas baca tulisan di kaos itu,

"ANGET-ANGET TAI LOTOK"

Bakar Mercon Di Tengah Hari Bolong



Pagi yang riuh. Hari baek nih, dah tahan dikit emosinya, kite pantes marah, tapi kepala kudu tetep adem.

Bukan maen itu orang, udah bikin trending topic di medsos. Lagian ngapain juga dia bawa-bawa kitab suci agama yang mayoritas di anut penduduk negeri yang damai luar biasa ini--sebelum pilpres 2014--, hehe. Itu pendukungnya--yang cerdas--sendiri menyayangkan blunder itu orang.

Meletupkan Isu sensitif, di tengah iklim ibu kota yang lagi sensitif, ditanggapi ame umat yang lagi sensitif--karena kerap disudutkan saat mencoba mengingatkan tentang aturan agamanya, bahkan oleh sodara sendiri--. Itu sama artinya dengan bakar mercon di tengah hari bolong. Dan itu bukan tindakan seorang pemimpin yang seharusnya mengkondisikan ibu kota se-adem mungkin.

Sekali lagi, kite pantes marah, tapi tetep kalem, ada proses hukum yang mulai ditempuh, tunggu aja. Saya mah kuatir, situ sangking marahnya segala rupa ditendangin; tipi, lemari, kulkas, pintu, ampe bini ditendang. Useeh.. jangan ya, bisa cilaka delapan belas.

Inget, masing-masing hari punya cerita sendiri. Dah mandi sono, iler situ baunye ampe sini..

Dia Mirip Inzaghi



Sebagian orang mungkin mulai meragukan kemampuan rezim pemerintahan saat ini, saya justru mulai menemukan alasan untuk menyukai pemimpinnya. Apa sebab, karena 'dia' mirip inzaghi, striker favorit saya.

Selain postur yang sama, tinggi agak kurus dan berambut lurus, mereka juga memiliki gaya yang mirip dalam memainkan peran masing-masing.

~Jago Diving

Inzaghi terkenal menakutkan bek lawan lewat aksi pura-puranya di kotak penalti lawan, pun demikian dengan 'dia', aksi pura-puranya di depan media berhasil memikat banyak orang.

~Orang yang tepat di waktu dan tempat yang tepat

Sebagai striker Inzaghi jauh dari gambaran ideal, gak bisa gocek, gak punya tendangan dan sundulan yang mematikan, nyatanya ia kerap mencetak gol dan mengukuhkan diri sebagai salah satu top skor liga italia. Ya ia orang yang tepat di waktu dan posisi yang tepat.
Persis kaya 'dia', saat bu Mega bingung menentukan balon Presiden, karena putrinya gak juga gemilang namanya di kancah politik, 'dia' hadir dengan segala kesederhanaannya nan mempesona, katanya.

~Pandai memanfaatkan peluang

Gol-gol Inzaghi ke gawang lawan nyaris gak ada indah-indahnya, kadang hanya sontekan pelan saja, tapi sekecil apapun peluang akan jadi petaka bagi lawan. Laah ini, dari era Bung Besar sampe saat ini, siapa presiden yang berhasil menaikkan harga BBM bersubsidi tanpa gejolak? ada? 'dia' gak cuman menaikkan harga, tapi menghilangkan premium tanpa gejolak, cuman memanfaatkan heboh Jessica, Pilkada, dan terakhir videotron, saluut laah pokonya.

Cieee yang penasaran nyari-nyari premium.. cieee... cieee..

Senin, 03 Oktober 2016

Pilot Sinetron Air


Kompas kemaren merilis berita tentang 500 pilot yang menganggur, sebuah ke-ironis-an yang mencabik-cabik nurani (biar dramatis) di tengah informasi sesat tentang kurangnya tenaga pilot satu dekade terakhir ini. Lho ko informasi sesat? Menurut mantan KSAU Chappy Hakim, informasi kebutuhan pilot kudu diliat dari jumlah pesawat yang ada di sebuah maskapai penerbangan plus jumlah pilot senior yang pensiun tiap taunnya, belum lagi komposisi jam terbang dan waktu istirahat, semua kudu di itung.
Jangan sampe mentang-mentang maskapai penerbangan menambah jumlah pesawat lantas informasi kekurangan pilot langsung merebak.

Padahal, 500 pilot yg menganggur itu kudunya kerja, kalo aja posisi itu gak diisi ame pilot-pilot asing yang pengen 'magang' di sini--meski untuk itu mereka kudu merogoh kocek gak kurang dari 30 ribu dollar AS.

Kalo saya boleh saran ame para pilot yang belum bisa terbang, ikutilah jejak senior kalian, Tengku Firmansyah. Modal tampang keren dengan postur tinggi ideal dan kecerdasan yang lumayan, sangat mudah bagi kalian untuk terbang dengan pesawat paling populer di negeri ini, SINETRON air.

Pawai Obor


Main api, kenapa nggak? Seperti juga air, bukankah api juga makhluk ciptaan-Nya. Dia bisa menjadi teman sekaligus ancaman, banyak pasangan bahkan menjadikannya perlambang keromantisan dalam ketemaraman, mereka menyebutnya candle light dinner.

Kalian boleh saja menganggap barisan api dalam lubang-lubang bambu itu sebuah kemubaziran dan membahayakan keselamatan. Saya lebih memilih untuk memandang tradisi itu sebagai pembelajaran bahwa tak satupun Allah menciptakan makhluknya tanpa sentuhan kemanfaatan dan keindahan. Kalian yang gak terpesona melihat barisan api yang memanjang yang seperti menaungi wajah-wajah mungil pada suatu malam--diiringi sayup suara sholawatan, saya cuma pengen bilang, hidupmu sepertinya rumit sekali kawan!

#MetTaonBaruIslam1438H
#SemogaKitaBisaMenjadiManusiaYangAsyik

Sikap

"Bukankah dia juga manusia?"

Demikian jawaban sekaligus pertanyaan Rasulullah saat seorang sahabat menanyakan sikap Rasulullah yang tetiba berdiri saat ada rombongan yang membawa jenazah seorang yahudi.

Sebuah kalimat luar biasa, yang mengajarkan kita bersikap, bahwa di atas segala perbedaan kita, ada satu kenyataan yang menyatukan kita. Kita manusia, dari moyang yang sama, Adam alaihi salam.

Wafatnya Shimon Peres, mantan orang nomer satu Israel, bangsa yang mencuri tanah Palestina sehasta demi sehasta, dengan menghilangkan banyak nyawa. Membelah dua sikap seorang Muslim. Ada yang setuju dengan sikap Media Kompas yang menyebutnya dengan pejuang perdamaian, seperti dicontohkan Mahmoud Abbas, Presiden Palestina.
Ada yang menyebutnya sebagai penjahat kemanusiaan, seperti sikap Hamas, salah satu kelompok pejuang Palestina.

Sebagai pribadi saya mendukung sikap kedua, bagaimanapun perjuangan rakyat lebih jujur, mereka hanya ingin merdeka, mereka hanya ingin haknya tak dirampas, mereka hanya ingin menjalankan keyakinannya dengan damai. Maka sangat wajar ketika Hamas bergembira menyambut kematian seorang yang mereka anggap bertanggung jawab atas derita rakyat Palestina. Bukankah sekelompok warga Amerika yang tidak merasakan 'kejahatan' Hasan Al Bana pun bersorak saat beliau wafat, yang membuat seorang Sayyid Quthb bertanya-tanya, siapa sebenarnya Hasan Al Bana.

Melihat sikap Media Kompas dan Mahmoud Abbas, Obama dan pemimpin negara besar lainnya, saya cuma bisa bergumam,

"Bukankah tiap-tiap manusia memiliki kepentingan?"

Darurat Aqua


Ada wanita hebat mantan anggota DPR tiga periode, Doktor lulusan luar negeri, salah satu cendekiawan muslim Indonesia, tetiba memuja tersangka kasus pembunuhan sekaligus penipuan bak raja.
Ada artis bersuara serak seksi berakhir di rehabilitasi.
Ada sidang pembunuhan yang tayangnya nyaris menyusul episode sinetron terpanjang di negeri ini.
Ada guru spiritual yang ditinggal kabur jin peliharaan.
Ada abege terkenal karena kelakuan bengal.
Ada papan iklan yang mendadak terkenal, gegara aksinya selama 20 menit memutar pelem anuan.

Sepertinya negeri ini darurat 'aqua'..

Kamis, 29 September 2016

Melangit Dengan Keterbatasan


Peter, anak muda berkaca mata minus itu terlihat sedih saat menceritakan pengalamannya semasa kuliah, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Ia masih ingat betapa sulitnya bersosialisasi dengan dosen dan teman-temannya, karena keterbatasannya, Peter memang penyandang disabilitas, ia kesulitan mendengar dan berbicara.

Tapi siapa yang menduga jika akhirnya di sebuah kampus besar di Jakarta dia justru menjadi pengajar, memberikan mata kuliah yang cukup unik, Bisindo -bahasa isyarat Indonesia-, yang sejak tahun 2009 Bisindo resmi jadi mata kuliah peminatan di fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Selain Peter ada juga Panji, di tahun 2003, Panji yang juga tuna rungu berhasil menjadi pemenang ke 3 di ajang kompetisi IT dan Global Teknologi untuk anak-anak muda penyandang disabilitas, di Bangkok.

Peter dan Panji, dua dari sekian banyak orang-orang yang melangit dengan keterbatasannya. Mereka enggan bertekuk lutut pada kepahitan hari-harinya, lalu sekuat hati membungkus keistimewaannya dengan harapan-harapan akan pagi yang selalu punya cerita sendiri. Dan itu akhirnya terbukti.

Dan kebanyakan dari kita hari ini masih asik menertawakan kebudegan Haji Bolot, yang mendadak sembuh kalo denger kopi ame perempuan. Lupa menertawakan diri sendiri yang selalu saja menanti pagi dengan kekeliruan dan kepura-puraan.

#SelamatHariTunaRunguSedunia
#MerekaGuruHidupKita

Selasa, 27 September 2016

Quattrick Sang Petahana


Sepertinya 'ujung tombak' PemProv DKI memang ingin mencetak quattrick, dengan program 'relokasi'. Ingaat.. relokasi, bukan penggusuran. Sebelum akhirnya ia digantikan di 2017 nanti, aamiin.

Kampung Luar Batang, KaliJodo, RawaJati, dan yang hari ini akan dieksekusi, Bukit Duri, luaarr binaasaah.

Tujuannya mungkin baik, untuk menormalisasi pungsi sungai. Tapi ada yang terlupa, penghuninya. Mereka manusia, punya hidup, punya budaya, punya harapan. Memindahkan begitu saja tanpa memikirkan tatanan hidup yang sudah mereka jalani sejak puluhan tahun, itu sebuah kegilaan.

Mereka bukan kunyuk yang gak bisa diajak bicara, bahkan kunyuk juga bakal protes saat mereka dipindahkan ke sebuah kandang bertingkat yang jauh dari hutan untuk kemudian ditelantarkan.

Begitu banyak cara, bahkan di tahun 2013 penguasa DKI sebelumnya begitu anggun dengan semboyannya, 'Membangun Tanpa Menggusur'. Tahun yang sama saat kampung Bukit Duri diganjar penghargaan City Changer oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Hidup memang penuh kepalsuan, seperti cinta bocah bau kencur dalam cerpen 'air mancur di tengah hujan', karya sastrawan dari negeri sakura, yang mengakhiri hidupnya dengan seppuku, Yukio Mishima.

Selamat menikmati sarapan!

Rasain Luh!

Rasain luh! Begitu kira-kira kata-kata ngenyek yang diucapkan beranda pesbuk ke muka saya.

Saya hari-hari belakangan ini memang benar-benar nelangsa, dikungkung dilema yang sampe sekarang saya belum bisa berontak. Pasalnya, gegara saya yang baru melek aksara, baru belajar baca, nekat mengikuti bahkan berteman dengan para 'pemahat kata-kata' itu. Mereka, orang-orang yang menyusun kata semudah kentut di ruang terbuka dan gak ada siapa-siapa-itu, telah membuat saya sulit memalingkan mata dari beranda pesbuk di hape, sial. Bahkan sekedar untuk meneruskan membaca buku~yang baru dateng setelah saya pesan dari toko buku onlen yang saya kenal dari beranda pesbuk ini juga, emang bener-bener sial~ yang baru saya baca beberapa halaman itu.

Tapi saya ko ngerasa gak sendiri ya, saya ngerasa ada orang-orang di luar sana yang juga diperdaya sama si beranda pesbuk ini. Mungkin yang baru saja selesai baca status ini salah satunya?

Mukena Pink


Waktu tinggal di ceger, salah satu kelurahan di timur jakarta. Saya pernah turut ngejar-ngejar seorang perempuan muda yang menculik balita mungil.

Rasa geram, saat membayangkan apa yang bakal dilakukan si penculik kepada bocah lucu itu, dan rasa iba saat saya mencoba memposisikan diri sebagai ortu si balita, bercampur dengan rasa kesal pada diri sendiri karena saat itu saya cuma ikut lari bersama sebagian orang yang sebenernya gak tau pasti ke mana si penculik pergi.

Karena balita mungil itu gak brenti-brenti nangis, dan kejadiannya waktu itu siang hari. Si penculik rupanya mulai panik, menyadari orang-orang mulai curiga melihat gerak-geriknya, akhirnya pada satu kesempatan dilepaslah si balita dari gendongannya.

Sebagian warga yang tengah bingung, mendapat kabar ada balita ditemukan di sekitaran danau gak jauh dari rumah kami, langsung mengecek, ternyata memang benar itu balita yang baru saja diculik. Entah rasa apa yang berkecamuk di hati ortu si balita saat melihat permata hatinya, setelah sebelumnya nyawanya seperti lepas kala kehilangannya.

Dan beberapa hari ini ramai kasus penculikan yang katanya dilakukan sekelompok wanita tua bermukena, warna pink pula. Ya Allah modusnya itu, kenapa sih wanita tua itu gak pake baju biasa aja, pake daster kalo gak, atau kalo mao seragam, pake seragam futsal kan lebih kekinian. Waspadalaah!!

Pesbuk Vs Pelaminan


Saya belon lama jadi penghuni pesbuk (orang bogor gak bisa nyebut F makanya saya gak bisa nulis fesbuk), belon satu dekade. Seorang kawan waktu itu yang menganjurkan, untuk melacak keberadaan kawan-kawan yang lain yang sekian waktu gak jumpa, katanya. Saya pikir-pikir boleh juga dicoba, gratis ini.

Awalnya, dengan jumlah temen yang belum seberapa, pesbuk gak ubahnya lembaran iklan di koran poskota, hanya sederet aksara tanpa makna, gak menarik tapi bikin penasaran kalo gak ngelirik.

Belakangan, saya mulai suka, bahkan menggila, karena; kawan lama mulai sering bertukar kisah, bertemu muka pernah juga, kawan baru menambah warna di beranda. Saya mulai suka membaca postingan para pesohor pesbuk, tulisannya keren-keren. Banyak hal-hal baru yang mengubah paradigma saya. Tentang politik misalnya, satu kata yang dulu saya sama sekali gak suka. Tentang catatan perjalanan juga, yang dulu baca itu lebih membosankan dari menanti gaji di tanggal tua. Tentang seni menata kata, orang menyebutnya sastra, meski semakin sering saya membacanya, semakin saya menderita, sebab berkali-kali kudu keluar masuk situs Kamus  Bahasa.

Serumit-rumitnya dan se-ngeselin-ngeselinnya postingan-postingan di atas, jauh lebih layak mengisi akal sehat, ketimbang postingan yang endingnya lebih ngeselin dari lawakannya cak lontong, "yang ngelike semoga masuk surga, yang komen amin semoga masuk tentara, yang diem aja semoga udah jadi tentara disuruh keluar ame bapaknya.."

Pesbuk, kalo kita gak cerdas menggunakannya, keliwat baper ngeliat berandanya, dia bakalan kaya lirik lagu 'mirasantika'nya Rhoma Irama.
"Gara-gara kamu orang bisa menjadi edaan..
Gara-gara kamu orang kehilangan masa depan..
Gara-gara kamu kawan jadi musuh bebuyutan..
Gara-gara kamu sampe ada yang lupa naik pelaminan.."

Kamis, 22 September 2016

Benci



"Saya paling gak suka sama orang-orang itu; yang kerap menghujat sesama muslim, yang suka mengkafirkan, yang suka membid'ahkan, yang suka bilang sesat, yang suka memaki, yang suka sweeping, yang suka ngafir-ngafirin syiah, yang suka nyesat-nyesatin wahabi, yang suka goblok-goblokin pekaes, yang suka bego-begoin hate-i, yang suka ngudut, yang suka ngarab, yang sok militan, yang sok moderat, yang sok nyalaf, yang anu, yang itu, pokonya saya gak suka! titik!"

"Lah berarti kamu benci mereka?"

"Iya"

"Laaah terus apa bedanya kamu sama mereka? Kalo mereka kamu benci? Kan mereka muslim juga, jangan karena sedikit keburukannya kamu lantas gak sama sekali ngeliat kebaikannya. Kamu kudunya sayang sama mereka semua, seperti kamu menyayangi manusia lainnya. Masa, sama yang bukan sodara muslim kamu bisa mentolerir sikap buruknya, giliran sama yang muslim kamu benci sampe ke tai tainya.. Istighfar yuk.. Istighfar.."

Negeri 1000 Episode Sinetron

Feodalisme, ternyata belum hendak hilang sampai hari ini. Kita boleh saja berkata zaman telah berganti, orde telah beralih, paradigma katanya telah berevolusi, teknologi tumbuh cepat menjelma gigantis memangsa siapapun yang ogah bermetamorfosis. Tapi tidak untuk pelakon negeri, mereka masih sentimentil, masih terkungkung pada tembang-tembang melow masa lalu, masih menyimpan luka itu, masih tergoda menahbiskan diri sebagai yang terpantas.

Hari ini kita kembali disuguhkan itu, saat seseorang merasa pantas merancang masa depan bermodal kebesaran masa lalu, setelah rivalnya pun begitu.

Di sini di negeri seribu episode sinetron ini, pinter aja gak cukup, prestasi saja gak cukup, kaya saja gak cukup, ganteng saja gak cukup. Ada elemen lain yang gak kalah penting, media dan genetika.

Kalian yang mo coba jadi sesuatu, dan buka siapa-siapa ambillah satu elemen itu, media. Jadilah media darling dengan segenap kemunafikannya. Seseorang di atas sana terbukti sukses meraihnya, meski akhirnya ia kudu rela tak merdeka, dilingkari oligarki luar binasah, tak ubah panglima kehilangan bendera, maju salah mundur salah.

Yang beruntung sudah menjadi sesuatu karena terlahir dari rahim yang menyejarah, gak kalah resikonya. Kecerdasannya, prestasinya nyaris terdengar lirih saja, dihantam kebesaran nama dibelakangnya. Apalagi yang memang nir prestasi dan gak cerdas-cerdas amat, ia hanya serupa bendera tak bertuan, diperlukan tapi miskin peran.

Naah kalo kalian yang ogah lelah, tapi kepengen merdeka, dan bukan terlahir dari rahim yang menyejarah. Ya udah jadi penonton saja, tinggal tepuk tangan sambil latihan memaki dan menyumpah-nyumpah, kaya saya.


Rabu, 21 September 2016

Sejenak Saja



Sejenak saja
Kita lupakan hiruk pikuk ini
Kita palingkan muka dari kota ini
Kita jernihkan hati haturkan doa

Sejenak saja
Hanya hitungan menit
Gak harus berbulan dalam rumit
Gak kudu berbusa mengumbar kata
Hanya seuntai doa

Sejenak saja
Kita resapkan rasa
Untuk mereka yang lara
Alfatihaah..

#Pray4Garut

Legowo


jeng jeng.. PDIP akhirnya memutuskan mendukung sang petahana sebagaimana dugaan banyak orang, termasuk saya.

jeng jeng.. selang beberapa menit, rame postingan dua ormas besar dan enam parpol besar sepakat mengusung YIM dan Uno, kudu dicek lagi validitas beritanya. Sebab bisa aja itu cuma harapan sebagian orang dari kubu yang berlawanan dengan sang petahana. Saya sih dengernya seneng, artinya bakal seru nih pilkada dengan hanya menampilkan dua kandidat, lebih seru dari duel el clasico.
Yang gak kalah penting, negara bisa hemat waktu dan biaya, karena pilkada satu putaran doang.

Saya cuman mo usul ame kubu penantang, calon pan banyak tuh, pilih dah yang mumpuni, yang tenang pembawaannya, yang adem mukanye, yang pernah dicintai saat ia menjabat, yang pernah dilengserkan ame rezim saat ini, tanpa alasan. Modal itu terbukti ampuh memuluskan jalan SBY menuju RI 1. Yang laen, dukung ia sepenuh hati. Kalian bisa tiru kebesaran hati seorang pelari yang memapah adiknya menuju garis finish, saat sang adik tersungkur beberapa meter sebelum garis itu, ketika keduanya mengikuti lomba lari 10 km, dalam kejuaraan World Triathlon Series. Itu artinya ia juga menyerahkan posisinya kepada sang adik (Jonny Brownlee), ia cukup dibelakang sang adik, dan menyaksikan sang adik tersenyum mengangkat piala kemenangannya.

Karena bagi sang kakak (Alistair Brownlee), cukup baginya menjadi jalan untuk sebuah kemenangan.

Cumaan.. yaitu, kedua pelari itu cuman jadi pemenang kedua dan ketiga.

Ayooo.. Semangat.. Semangat.. Pertarungan belum lagi dimulai, bukan kalah menangnya, tapi upayanya, sportifitasnya. Udeh stop menyerang lawan, fokus ame kecepatan dan kemampuan sendiri, maen cantik, ambil hati penonton, tetep kalem. Semua udah ada ketetapannya.

Tahi Lalat


aku hanya ingin jadi tahi lalat buatmu dek, kecil saja
agar kamu selalu senang saat menatap parasmu di depan cermin
kamu betah berlama-lama melakukannya
karena kamu merasa semakin manis dengan keberadaanku
aku tak ingin terlalu besar
karena aku tak ingin kamu muram
saat bercermin
dan tak menghendaki keberadaanku
bahkan berharap aku menghilang selekasnya dari pandanganmu, dari hidupmu

Senin, 19 September 2016

Makhluk Dari Planet Mars


Saya sih sebenernya gak masalah walisongo berasal darimana, mo dari cina, hadramaut atau dari planet mars sekalipun, yang jelas mereka orang-orang shalih, yang lurus agamanya insya Allah, lembut tuturnya (tentunya), indah akhlaknya sebagaimana Sang Nabi mencontohkan hingga manusia berbondong-bondong memeluk ajaran Islam.

Itu poinnya sodare, bukan sukunya, bukan bangsanya, bukan asal negaranya.

Jadi bukan karena Islam turun di jazirah Arab yang orangnya gede-gede, idungnya mancung-mancung lantas orang Arab jadi lebih baik dari kita orang Indonesia yang agak lebih kecil (mo bilang kuntet ntar ada yang kesinggung, saya salah satunya), idungnya minimalis. Itu keliru sodare. Justru saat itu bangsa Arab tengah rusak-rusaknya, dan Nabi kita dengan kesempurnaan akhlaknya, perlahan dengan perjuangan yang bahkan malaikatpun iba melihatnya, membawa bangsa Arab menjadi sebaik-baiknya generasi, seindah-indahnya persaudaraan, dan semaju-majunya peradaban, di masa itu.

Cumaan.. kalo kalian memuja abis-abisan salah satu makhluk dari planet mars, dan nyaris gak menyisakan ruang bagi sebagian orang untuk mengkritisi kekurangannya, karena walisongo berasal dari planet itu, umpamanya. Lalu kalian berasumsi makhluk itu satu-satunya yang pantas memimpin satu kaum, itu ngawur namanya. Dan itu masalahnya.

Begitu sodare, sepakat ya? hah kaga? ya udah gak pa pa..

Sabtu, 17 September 2016

Stuntman



IG ini mirip LHI, belum lagi menikmati duitnya (mungkin lho ya mungkin) eeh udah digrebek, yang udah kembung makan duit korup bahkan udah jadi taik malah lagi asik ngapucino, baca koran, selonjoran sambil memandang pantai nun di sono. Kalopun dia akhirnya bosan, gelisah, dan mulai merasa bersalah lalu menyerahkan diri, maka kepulangannya bak pahlawan negeri, disambut puluhan orang berdasi, disalami, dipeluki, gak lupa selfa-selfi.

Pantesan kata mas Kukuh dajjal ame iblis mengundurkan diri, manusia udah gak perlu digoda gak perlu difitnah, udah pade pinter. Yang kita kira baik masuk bui, yang kita liat makdirodok dipuja dipuji.

Saya jadi inget petuah seorang laki-laki hitam yang selalu kikuk,

"Mo jadi penjahat, jangan tanggung-tanggung bobol bank sekalian, bukan cuma hukuman yang nanti malah bisa jadi dagelan, bahkan kisah elu bakal dipelemin, diperanin ame Vino G Bastian atau Reza Rahardian, dengan sepenuh penghayatan.
Jangan nyolong sendal! udeh bonyok kalo ketauan, jangankan dipelemin tipi ajah ogah ngeliput, sekalinya ada di tipi palingan di running text itupun selewatan doang dan keburu iklan."

*paragraf terakhir abaikan!

Hati-hati


Beranda pesbuk hari ini semarak dengan aneka warna dan peristiwa, agak-agak mirip kolase. Tentang reklamasi yang katanya krannya sudah dibuka sejak zaman OrBa, tentang Singapura yang gak se-selow swiss dalam menghadapi program tax amnesty pemerintah kita, tentang poto-poto orang sholat jemaah di mesir yang gak karuan.

Tapi ada dua postingan yang temanya sama dengan kasus berbeda, temanya 'hati-hati'.

Postingan pertama, hati-hati kalo memberikan bekas kecupan-gigitan-sedotan di kulit pasangan. Pasalnya di mexico ada remaja pria yang baru berusia 17 tahun tewas gegara diberi love bite atau tanda asmara (kalo saya nyebutnya cupangan gak tau kalo kalian, mungkin maskokian atau sapu-sapuan) ame pacarnya yang berusia 8 tahun lebih tua darinya. Karena menurut dokter sedotan yang terlalu kuat membuat darah di pembuluh menggumpal dan gak mengalir ke otak alias stroke. Edyaan buahaya brey, ati-ati.

Postingan kedua, hati-hati kalo nyanyi!
Nih buat kalian yang hobby karoke, jangan asal teriak aja, kalo gak kuat suara tingginya kasih micnya ke penonton, kaya artis-artis kalo lagi live show, hehe. Jangan dipaksain, bahaya, laah artis dunia macam adele aja pernah rusak pita suaranya, apalagi kalian. Iye kalo cuman pita suara yang rusak, lah kalo pas lagi mangap lebar trus gak balik lagi pegimane??

Rabu, 14 September 2016

Kahuripan


di sini memang tak semolek jepang
tempat sakura merekah setiap musim semi datang
di sini memang tak segemerlap manhattan
yang lampunya ditulis umar kayam laksana kunang-kunang

di sini tak ada air terjun seelok maribaya di lembang yang teduh
juga tak ada pantai sebiru raja ampat yang membuat jiwa-jiwa betah berlabuh

di sini hanya ada hamparan padi dan beberapa bukit yang hijau sebagian saja
di sini hanya ada sebuah mata air kecil di antara pohon-pohon yang laksana barisan pena

tapi di sini penghuninya memahami arti bertetangga
di sini anak-anak bermain lepas dan berlari suka-suka
di sini sebagian perempuan kota mulai terbiasa sederhana
dan laki-lakinya seakrab sahabat yang lama tak jumpa

ini tentang pemukiman sederhana di sebuah desa, kahuripan namanya

Status-statusan


Belakangan banyak orang yang memakai istilah 'kurang piknik' untuk disematkan kepada orang-orang yang kerap tinggi tensinya dalam berdiskusi, atau orang-orang yang agak wagu menerima pendapat yang beda dengannya, atau orang-orang yang sering terlambat memahami satu masalah.

Saya mah kaga setuju, piknik kaga piknik kalo udah sempit mah sempit aja atinya, pikirannya. Iya kalo pikniknya dalam rangka membuka cakrawala persepsinya dengan menyelami satu daerah, berbaur dengan masyarakatnya, menghormati tradisinya, dengan kata lain dia datang ke suatu tempat bukan sebagai tamu, tapi sebagai seorang anak yang kembali ke kampung halaman.

Lah kalo pikniknya cuman buat asoy-asoyan, selpi-selpian, teler-teleran, jalannya cuman ke tempat hiburan, apa yang mo diselami?

Ke keong mas mendingan, nonton pelem tiga dimensi, sambil bawa cilok. Kalo gak ke pojokan setel yutub nonton #SFTC nya PMR dengan lagu-lagu hitnya,

"yaaang.. tidurlaah di dapur di kamar aer pada ngucur.."

Itu lebih bisa bikin kita gak tensi kalo diskusi, karena terlatih ngeliat sesuatu dari tiga dimensi, dan terlatih untuk tetap jenaka dalam ketegangan.

Percaya deh, bukan kurang piknik yang bikin kita sempit ati, sempit pikiran, meskipun piknik juga perlu. Tapi buka ati, buka pikiran dan belajar memandang sesuatu dari sudut yang beda. Simple khan? Makanya apa-apa jangan dibikin rumit. Nyok aah nyanyi lagi...

"neng.. ayo neng ayo maen pacar-pacaraan.. !!"

Kamis, 08 September 2016

Aib

Pernah sakit gigi? sakit gigi kebanyakan terjadi karena salah satu dari gigi kita berlubang dan membusuk. Waktu SD saya pernah ampe nangis ngerasain sakit gigi pertama kali, saat dengan pede-nya ngunyah coklat cap ayam jago dan gak sadar ada gigi yang berlubang, jdaaarr.. ya Allaah, sumpaah suakitnya pol. Pantesan kata om Meggy Z lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, apa? kebalik? ooh itu yang kedua berarti, sakit giginya udah sembuh.

Naaaah, gigi berlubang itu kaya aib, keburukan-keburukan kita yang kita gak mau orang lain tau, cukup Allah saja.
Aib, kalo udah membusuk jangan ditambal atau di tutupin sebelum kita pastiin keburukan/kesalahan yang kita perbuat udah bener-bener clean, kita perbaiki jika menyangkut orang lain, baru dah kita tambal, bahkan kalo perlu kita cabut sampe ke akar-akarnya, biar hanya menjadi masa lalu, dan kita mulai dengan gigi eh hidup yang baru.

Rupanya sang motivator kita lupa, waktu giginya berlubang, belum clean bener udah ditambal, seiring berjalannya waktu dia memutuskan mencabut giginya, agar gak ngerasain sakit lagi, eh rupanya akarnya sisa, ditambah lagi waktu ditambal gigi itu belum bener-bener steril, kejadian dah. Kumat dah, sakitnya gak usah ditanya. Kebongkar dah semua cerita kelam itu, yang seharusnya bisa jadi pelajaran jika dia menuntaskan semua, tanpa menutupi bahkan menghapus semua jejaknya.

Sang motivator yang bijak itu, seperti halnya kita juga, punya cerita suram masa lalu, sayangnya dia tak hendak berdamai dengannya.

Saya jadi ingat tulisan di meme yang gak sopan itu, bunyinya begini,

"Hidup memang tak seindah cocotnya Mario Teguh".

Selasa, 06 September 2016

Sore Tugu Pancoran 2

Selamat malam Om Iwan,

Saya Budi, tapi bukan adik Wati, bukan juga kakaknya Iwan, seperti tiga saudara yang sering saya dan teman-teman baca dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar, di tahun 80an.
Saya Budi, yang kisahnya Om Iwan tulis dalam lirik lagu, Sore Tugu Pancoran.

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Om Iwan, karena seusai kisah saya tertulis dalam lagu itu, seorang Lurah di Rawajati mengijinkan kami sekeluarga untuk tinggal di daerah pinggir rel itu, membangun rumah kecil di situ, gak lagi tidur di bedeng sempit berukuran 2×3 meter di pinggir kali ciliwung, yang harus pindah jika air kali mulai menggila.

Tahun demi tahun berlalu, saya sekarang alhamdulillah sudah berkeluarga, sudah punya seorang putra yang nasibnya gak seperti saya, gak perlu kuyup menggigil menjual koran. Dia sudah kelas satu SD. Saya namai dia Virgiawan, agar saya selalu ingat jasa Om Iwan. Saya juga sudah bekerja sebagai Office Boy di salah satu kantor di dekat-dekat sini. Bisa dibilang hidup saya bahagia menurut ukuran kami.

Hingga hari yang suram itu datang, puluhan petugas berseragam beserta alat berat merobohkan rumah-rumah kami, saya menjerit Om. Terbayang satu-satu saat-saat kelam saya ketika itu, ketika saya harus menjajakan koran di tugu itu, sampe malam. Meski saya perih saat itu, tapi Om Iwan kerap menghibur saya dengan lagu-lagu anak jalanan, lagu gerutuan kaum kusam, lagu jeritan warga yang termarginal.

Maafkan saya jika surat saya mengusik istirahat Om Iwan, saya hanya ingin mengabarkan bahwa budi-budi kecil itu masih ada, berlarian diantara puing-puing sisa gusuran kemarin.

Semoga Om Iwan berkenan untuk sekali lagi menulis cerita tentang budi kecil yang kini gak kalah nestapa, sedang memunguti serpihan mimpi dan cita-cita yang dilempar dan diinjak-injak oleh keserakahan kota.

Demikian surat ini saya tulis, dalam perjalanan menuju rusunawa Merunda.

Dari Sahabat Kecil Om Iwan


(Budi Putra Rawajati)

Senin, 05 September 2016

Nagabonar, Rambo Dan Lelaki Pengibar Bendera

Nagabonar tua terdiam. Saat tukang bajaj yang juga guru ngaji dan rajin sholat itu bilang kalo bapaknya juga jenderal, sudah almarhum. Semasa hidupnya sang bapak sedikitpun gak pernah mau cerita tentang sepak terjangnya saat menjadi pejuang kemerdekaan. Katanya, biarlah itu menjadi amal kebajikannya, cukuplah Allah yang menilainya.

Kemarin, lelaki tua mantan pejuang kemerdekaan terduduk pasrah diantara puing-puing sisa penggusuran Rawajati, beliau kecewa karena merasa tak dihargai sebagai pejuang dan sebagai salah satu pengibar bendera pusaka dalam peristiwa di jalan pegangsaan yang menyejarah. Bahkan belakangan beliau dibully sebagian kalangan atas pengakuannya itu, karena sejarah terlanjur mencatat dua nama lain dalam peristiwa itu, bukan namanya.

Sejarah, memang serupa adonan terigu ditangan penjual gorengan, ia bisa gurih saat menjadi kulit tempe, dan bisa manis saat menjadi kulit ubi.

Pejuang, baik yang berjuang meraih kemerdekaan seperti laki-laki tua itu, maupun yang mengisi kemerdekaan macam atlet-atlet yang pernah membuat merah putih berkibar di laga-laga dunia, sama nelangsanya, mereka ada namun kerap terlupa.

Setidaknya laki-laki tua itu masih beruntung bakal menempati rusunawa. Nun disana di negara adi kuasa, ada mantan pejuang yang lari-larian di hutan dikejar-kejar polisi, karena dianggap meresahkan penduduk setempat. Jangankan rusunawa, bahkan bajupun tak ada, hanya bertelanjang dada dan memakai ikat kepala macam pendekar dua satu dua.

Anggun



Urusan bully-membully, risak-merisak, sebenernya gak cuma terjadi saat ini, zaman dimana berita artis cepirit lebih layak tayang di tipi ketimbang sekelompok warga yang nasibnya tergantung di atap rusunawa.

Dulu, sekitar dua dekade yang lalu, awal taon 90an saya kira. Seorang artis muda pelantun hit 'Mimpi' pernah jadi sansak bully orang-orang yang menjadikan nilai akademis sebagai satu-satunya prestasi yang pantas disanjung, tidak untuk sebuah karya seni, gegara si artis konon sempat tidak naik kelas sangking asiknya bernyanyi.
Sialannya, orang-orang pintar itu ternyata diam-diam menjadikan lagu mimpi sebagai lagu kenangan mereka.

Dan sekarang, gadis itu sudah menjadi seorang ibu, dia bukan lagi milik Indonesia, dia telah menjelma menjadi idola masyarakat pencinta musik di dunia, ya dia berhasil go internasional, silent saja, gak pake gembar gembor, gak pake ngerubah gaya rambut, fashion, apalagi kesan lebih barat dari artis barat itu sendiri, kaya si Rogayeh. Cuman atu yang ilang, gigi gingsulnya.

Belakangan, ada yang liat patung lilin kembaran dirinya nongol di Museum Madame Tussauds di Bangkok, museum yang memamerkan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia. Dia jadi orang Indonesia kedua setelah Sang Proklamator, yang patung dirinya di pamerkan di museum prestisius itu. Patung itu duduk dengan manis diantara pesona patung-patung para pesohor dunia macam Beyonce, Mikhael Jackson, Johni Depp, Lady Gigi eh Gaga, dan yang lainnya.

Ini kudunya jadi pelajaran. Elu, gw, kalian, kita semua gak pernah tau masa depan seseorang. Dan kita gak bisa menilai siapapun hanya dari kacamata kita, hanya dengan melihat kekurangannya hari ini, apalagi mencungkil-cungkil dengan usil aib masa lalunya.

Bukan begitu, mba Anggun?

Sabtu, 03 September 2016

Rawajati Dan Segregasi Kasta

Lagi, drama penggusuran dengan segala warna-warninya, dengan beragam peran di dalamnya, menghiasi tipi di rumah kita, meramaikan tulisan di koran-koran, di situs-situs berita onlen, di dinding-dinding pesbuk, dan semacamnya.

Apa kabar warga luar batang? apa kabar warga kalijodo? pasti kalian baik-baik saja hari ini. Para ibu yang duduk santai di muka jendela rusun merunda, menikmati embusan angin pantai, sembari menunggu anak-anak pulang dari sekolah diantar bus gratis, milik pemerintah kota. Para bapak yang dengan semangat baru memulai usahanya, yang juga difasilitasi pemerintah kota.

Sebentar lagi orang-orang beruntung dari Rawajati bergabung bersama kalian, membangun asa baru.

                              *****

Rasanya kita gak lagi sabar, melihat Jakarta kembali muda, yang tampak hijau dengan taman-tamannya yang asri dan bunga disana-sini, dengan transportasinya yang nyaman, mengantar kita kesana-kesini.

Karena sejujurnya, gak pernah mudah meninggalkan kampung halaman, tempat kita dilahirkan, tempat tertulis lembaran-lembaran kenangan. Tempat muda-mudi terpojok menangisi malam sehabis dikhianati kekasih idaman, tempat laki-laki ngobrol ngalor ngidul melepas penat seusai bekerja seharian, tempat ibu-ibu berjejer rapi ditangga rumah sekedar mencari kutu dan bercerita ini itu.

Dan kita harus rela meninggalkan semua itu, memberi kesempatan Jakarta berbenah diri.
Pun jika nanti Jakarta menjadi terlalu angkuh (lebih angkuh dari calon suaminya Rose di pelem titanic) bagi kita, karena semangat gentrifikasinya. Kita tetap kudu berlapang dada, toh kita hanya jelata, elemen penting ketika musim pemilu saja.

Jakarta, sebagaimana potret kota-kota maju di dunia, ia akan menjadi indah, modern dan gemerlap. Tapi juga akan menjadikan segregasi si miskin dan si kaya semakin kentara.

Bukan begitu Mat Sanih?


02'09'2016

Ganjil Genap

Lah iya, bener juga kata mas Himawan, kesian yg punya mobil nomer genap kaya si wakijan, hari ini tanggal 31 besok tanggal 1, dua hari wakijan gak bawa mobil. Karena udah biasa naek mobil, terpaksa pesen grab, pas mo masuk jalan protokol sopirnya bilang, "maaf pak cuma bisa sampe sini, nomer mobil saya genap soalnya". Wakijan manyun.

Dalem ati Wakijan mikir, ini hari rebo besok kemis, ntar hari senen tanggal 5, gak bawa mobil lagi, hadeeuh.. wakijan sutres.

Sangking keselnya dia beli mobil lagi, horang kaya, gak mikirin tax amnesty. Beberapa waktu kemudian plat nomer mobillnya keluar, nomer mobilnya B 1976 SUE, wakijan pingsan!

#Wakijantemennyemukidi

Hisab

Kita hanyalah sekumpulan tai babal yang ketar-ketir menunggu tangan tukang rujak beubeuk nyomot kita satu persatu, untuk kemudian memasukkan kita ke lubang neraka yang terbuat dari kayu dan berbaur dengan pendosa lainnya.

Ambievert

Udah manggut-manggut dengerin intro dan bait awal lagu Bebasnya Iwa K, rapper gaek Indonesia itu. Lho bait selanjutnya ko beda, gak taunya iklan belanja online, ah suee.

Kalo lagi gak gawe, saya lebih seneng  gini, mojok di kamar, baca-baca sambil denger radio. Gak ngerti kenapa saya lebih seneng dengerin radio ketimbang musik dari hape atau CD. Yang saya rasain, saya jadi selalu ngerasa rame dalam kesendirian. Gak cuman dengerin musik, di radio kita bisa nguping obrolan-obrolan aptudet, ada berita dalam dan luar negeri juga, saya larut dalam kesemarakan itu.

Pernah saya nyetir (mayan sampingan, hehe ) nyaris 24 jam, dari jam 8 malem sampe jam 5 sore, dan bisa ngelewatin masa-masa ngantuk gegara ditemani radio, segelas kopi, dan sebungkus udut.

Jadi buat para penikmat kesendirian (mau bilang jomblo gak tega), yang masih terbui roman masa lalu, coba deh ritual itu. Dijamin, anda gak akan sepi ditengah keramaian seperti nelangsanya Once saat menyanyikan lagu Kosong milik Dewa, malah sebaliknya, ramai dalam kesendirian.

Mendung, Bulan Dan Pelangi

"Tak perlu kita menunggu hujan, karena mendung pun bisa mengajarkan kita, betapa ajaibnya sebuah harapan."

21'07'2016
                         

"Kurang perkasa apa matahari? tapi saatnya bulan ingin tampil, ia beranjak dengan santun, seraya berbisik, "silakan teman..".

22'07'2016
               

"Ada yang hanya merutuki gemuruhnya, ada yang justru asik mengabadikannya. Sebab, di tangan yang tulus, menjadikan petir serupa pelangi, bukanlah kemuskilan."        

23'07'2016


"Kecemasan memang serupa mendung, menjadi isyarat datangnya hujan, andai saja kau yakin hujan berkado pelangi dan bukan penghalang rencana-rencana."

19'08'2016

Tentang Bahagia

"Jika kau terus mencari bahagia, Kau tak ubahnya berjalan menelusuri bumi dan mencari tepi.
Karna bahagia bukan tentang mencari, bahagia itu tentang merasai."

Dagelan

Awal taon 2000an satu rezim taliban di Afganistan dibombardir, gegara ngejar satu orang, musuh AS nomer wahid Osama Bin Laden. Trus Saddam Husein diuber-uber bak penjahat perang, padahal cuman nerusin dendam perang teluk yang tertunda, hehehe. Khadafi pemimpin Libia paling gahar juga dibunuh, belakangan yang masih anget Morsi presiden Mesir yang dipilih lewat jalur demokrasi dikudeta militernya sendiri, dan negara Super Duper Demokratis ituh (baca:amrikah) gak bergeming, kicep, saat demokrasi dinista sedemikian rupa, MIRIS.

Pagi ini rame di media Turki nyaris dikudeta sebagian militernya.

Rezim dan Para pemimpin yang saya sebut itu, adalah orang-orang yang tegar memegang prinsip, mereka yang gak gampang diintervensi, mereka yang benar-benar merdeka memerintah rakyatnya, dengan aturan mereka sendiri, yang berani bilang NO gak cuman YES. Yang berani perang ame "DEDEMIT" sekalipun, demi kedaulatan rakyatnya. Yang berani melawan arus negara-negara "JURIG" para Islamophobia.Terlepas dari kelemahan-kelemahan mereka sebagai manusia.

Tapi buat orang-orang tertentu mereka layak MATI, mereka layak dimusnahkan dari muka bumi, mereka gak boleh ada di bumi ini. Lalu dengan fasih orang-orang itu berteriak tentang HAM, hadeuuuh.. ada yang renggang otaknya romannyah.

Yang bikin semua itu jadi kayak dagelan, para pemimpin Israel yang betaon-taon ngebantai rakyat Palestine, ngerebut tanahnya sehasta demi sehasta, eeeh malah didaulat jadi Komite Hukum Ingternasional.

Dunia memang panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah, tergantung yang empunya media, #eh.

Begituh kira kira..

Psikosomatis

Penyakit fisik yang disebabkan pikiran-pikiran negatif.
Barusan dapet tulisan ini dari sebuah artikel yang disalin dari buku "The Healing & Discovering the Power of the Water” nya Dr. Masaru Emoto.

Terlepas dari berbagai kritik terhadap Masaru Emoto, saya ngerasa apa yang ditulis banyak benernya, malahan jadi kaya semacem studi analisis terhadap hadits Rasulullah dan adagium salafusshalih.

Misal, dalam tulisannya, Emoto bilang bahwa marah bisa menyebabkan sistem imun kita berkurang, ini kan persis yang dikatakan Rasulullaah, Laa taghdob!
Atau ketika Emoto bilang bahwa dendam bisa menimbulkan berbagai penyakit berat, semacem Jantung, Hipertensi, dan Stroke. Saya jadi inget adagium Ali Zainal "Dendam itu seperti kita memasukkan racun ke mulut kita sendiri lalu berharap orang lain yang mati."

Dan akhirnya saya makin yakin, kebaikan, pelajaran hidup, memang bisa bersumber dari mana aja. Hatta dari orang yang kita gak suka sekalipun, selama kita mau menerima atau mendengarnya dengan hati yang tulus.

Begituh kira-kira...

Perspektif

Kenapa sih brey kita gak berdamai aja ame perspektif kita masing-masing. Gw yakin elu gak se-naif gw. Untuk hal-hal yang menurut gw muskil aja elu fasih menjelaskan. Bagaimanapun perspektif itu menurut gw sesuatu yang nisbi. Yang kita yakini kebenarannya aja, dari sudut lain menganggap itu kekeliruan, pun sebaliknya.

Lingkungan, input pengetahuan, minat, sangat mempengaruhi perspektif kita akan suatu hal, figur idola misalnya.

Bisa ya, gak masalah kan? kalo gw suka Ronaldo sebagaimana elu menggilai messi, kalo gw demen Payung Teduh sekagum elu ame Endang Soekamti, kalo gw takjub ame tulisannya Andrea Hirata seterpana elu ame karya-karyanya Enny Arrow.. #eh.

Begitu dah, intinya sih gw yakin kita bisa kok berdamai dengan perspektif masing-masing, seyakin gw ame cermin, yang ikhlas nunjukin di gigi sebelah mana sisa cabe itu melekat.

Bernostalgia

Bukan, ini bukan tentang kita yang ingin kembali ke masa lalu, itu akan serupa nadir yang keukeuh menggapai zenit, sebuah kemustahilan.
Ini tentang kita yang ingin berdamai dengan masa lalu, seperti hujan yang ingin berdamai dengan langit, dengan melukis PELANGI.

Kamuflase

Hubungan yang baik, emang kudu dimulai dari kejujuran. Gak seperti kemesraan velg karatan dengan ban dalam yang penuh tambalan. Mereka terlihat menyatu, seiring sejalan. Sejatinya, keduanya sedang saling mengkhianati. Dan ujung-ujungnya, mengucap "segudbay" menjadi jalan terbaik bagi keduanya.

Momen

Sejuk memang mendengar nasihat tatkala benak sudah tak terlalu penat, sesejuk embusan angin jam enam pagi. Tapi nasihat akan jadi pedas dan perih, saat hati tengah letih menahan gundah yang menindih, seperih dan sepedas cabe "setan" mendarat dibibir yang tengah sariawan. Begitulah, bahkan untuk menerima sebuah kebaikan pun hati kudu disterilkan.

Bajaj Gak Pernah Ingkar Janji

Mungkin gak lama lagi dia akan berjalan tertatih, mengikuti jejak senior-seniornya, becak dan oplet. Tergerus modernisasi, tersingkir oleh para pemain baru moda transportasi, tapi setidaknya dia pernah mengantarkan seseorang ke maqam tertinggi di negeri ini, Presiden.

Kemenangan rezim saat ini bisa di bilang kemenangan bajaj. Kok? coba deh liat, di tengah parade kampanye, di antara parade kemenangan, bajaj selalu diikut-sertakan. Ia menjadi ikon rezim ini, sebuah perlambang kecintaan negeri ini pada wong cilik.

Gak cuman artis-artis papan atas, sang presiden pun duduk manis di jok belakang sebuah bajaj. Iya bajaj, yang belakangan justru dilarang melewati jalan depan istana. Ini kaya kurcaci yang udah menolong sang pangeran merebut kerajaannya, setelah sang pangeran akhirnya bertahta, para kurcaci dikembalikan ke gorong-gorong. WarrrBiaazaa..

Sialnya, watak bajaj yang terkenal, udah kadung nempel pada sebagian pejabat negeri ini. TUKANG NGELES. Jadi dah peristiwa demi peristiwa yang disuguhkan para aktor di negeri ini lebih mengejutkan dari cerita mahabharata, pejabatnya lebih munafik dari sengkuni, lebih lucu dari warkop DKI, hahaha.

Makanya jaj.. situ kalo jadi kendaraan kudu netral, jangan mau dijadiin kendaaan politik. Dalam politik itu gak ada temen sejati jaj, maren dicaci hari ini dipuji, maren dipeluk hari ini ditekuk. Semua demi saiton yang bernama Kekuasaan.

Sabar ya jaj..

Skizofrenia

Belakangan, kita makin sering liat anak-anak muda yang dengan bangga mengunggah video, meng-aplod poto tentang penistaan atau penghinaan terhadap simbol-simbol agama. Yang pemudi gak mao ketinggalan, dengan bangga mempublish kenakalan-kenakalannya. Lalu ramai-ramai kita hakimi mereka, kita risak tanpa ampun, dengan standar kebenaran ala kita. Ada apa dengan kita, ada apa dengan negeri ini?

Yang masih hangat pembakaran tempat ibadah di Sumatera. Gegara ada warga keturunan yang merasa terganggu dengan adzan. Yaa Allah. Trus apa kita yang ngaku berTuhan merasa pantas membenarkan pembakaran rumah ibadah itu?
Ada apa dengan kita? ada apa dengan negeri ini?

Belum lama ini, PilPres, telah berhasil menjauhkan yang dekat, dan menghempaskan yang jauh, memusuhkan teman, membodoh-bodohkan saudara sendiri. Kemudian yang akan tayang, PilGub, sudah seberapa sering argumentasi wagu, pun sumpah serapah yang kita lontarkan untuk sesuatu yang nisbi kebenarannya itu.

Kalo kate Mas Puthut Ea, "kita memang seperti tumpukan jerami yang mudah terbakar". Apapun bisa menjadi alasan kita untuk bertengkar. Jadi gak usah ketawa ngeliat kelakuan Benyamin ame Mansur di pelem musuh bebuyutan, laaah kelakuan kita gak jauh beda.

Attitude

Kalo kata Jeff Keller,"Sikap adalah jendelamu untuk dunia". Beeeuuhh, keren gak? Jeff Keller emang siapa? laah aauu, gw juga dapet nemu di gugel.
Ntar dulu, bukannya jendela dunia itu buku?
Betul emang, buku jendela dunia, dari buku kita bisa tau kenapa sih di Ostrali kalo macet lajur jalannya tetep rapi, tetep ada ruang buat kendaraan yang mao melintas saat keadaan darurat. Bukan begitu mas iqbal?

Sementara sikap adalah jendela kita terhadap dunia, artinya dunia atau lingkungan atau orang-orang di sekitar kita, sebagaimana sikap kita. Dia akan menjadi surga jika kita bersikap layaknya penghuni surga, akan menjadi neraka jika kita bersikap seperti penghuni neraka.

"Dunia ini penuh kaktus", kata Will Foley. "Tetapi kita tidak harus duduk di atasnya".

Sikap adalah jendela kita untuk dunia. Dunia, lingkungan, dan orang-orang di sekitar kita akan tau siapa kita dari sikap kita. Karena sikap, adalah apa yang tertampak pada diri kita. Sikap adalah sekumpulan karakter kita, perilaku kita, cara bertutur kita, dan cara kita merespon sesuatu.

Eet daah.. gw ngomong apaan ya.. pokonya begitu dah. Sikap itu kaya putri malu yang langsung kuncup saat kita sentuh.

MTQ Dulu Dan Kini

Mas Tasrip, begitu saya biasa memanggilnya. Orang Bima, muka dan perawakannya mirip banget sama Ade Putra penyanyi taon 80an. Tapi soal suara, sumpah.. lebih merdu Mas Tasrip. Dia jagoan kami, RT 12 (meskipun kalo sholat pas tahiyat telunjuk nya goyang-goyang kata sebagian orang dia Muhammadiyah, aah orang kampung emang sok tau) saat MTQ tingkat kelurahan diselenggarakan, namanya berkali-kali dipanggil.
Juara 1 lomba adzan, Juara 1 MTQ, sekaligus vokalis utama tim qosidah RT 12, yang juga juara 1. Juri ampe mabok dia bikin, hahaha.

Dulu, saat saya masih SD, saat tipi gak semua rumah memiliki (Bukan, bukan karena kita tau betapa sialannya tipi buat generasi, tapi emang karena gak kebeli). Acara-acara musiman macam 17an dan MTQ emang hiburan yang dinanti-nanti. Maklum, walopun kami di Jakarta, kami di pinggirannya, gak jauh beda ame kampung. Masih maen di sawah dan ngobak di kali, hehe.

Dan kini, setelah lebih dari dua dasawarsa, bahkan MTQ tingkat nasional pun kalo bukan karena temen yang ngasih tau, saya beneran gak tau. MTQ udah kalah ame berita Fredy Budiman dan kisruh speaker mesjid. Padahal, dari speaker  mesjid itu, biasanya suara merdu KH Muammar ZA jawara MTQ Nasional meng-akrabi kuping kita.

Karena penasaran, saya langsung berkunjung ke mas gugel, ternyata bener baru saja MTQ Nasional ke 26 dibuka, di selenggarakannya di NTB . Yang Gubernurnya mirip Donie Yen, yang matanya sipit, tapi yang ini Lulusan S3 Al Azhar dengan predikat summa cum laude pula, dan tentunya santun. Sampai-sampai seorang Dahlan Iskan pun takjub dibuatnya.

Tepatnya di pulau Lombok, satu dari dua pulau besar di NTB, satunya lagi pulau Sumbawa, pulaunya orang Bima, pulaunya Mas Tasrip.

Sungguh miris..

03'08'2016

Inferior

Pernah satu sore, saya lagi nyantai di atas motor matic semata wayang, persis di bawah traffic light, menunggu lampu berganti warna. Seeeeng.. jleeb, tau-tau di sebelah kanan saya ada motor ninja 250cc, di atasnya duduk cewe dan reflek senyum ke saya saat saya nengok ke arahnya, setelah sebelumnya satu tangannya membuka kaca helm full face nya, dan tangan satunya memegang stang.

Senyumnya manis sebenernya, cuman karena perasaan minder dan iri udah kadung menyergap ati, senyum itu jadi seperti pertanyaan cibiran dimata saya, "ehm.. mas.. rok nya belon kering?"

Dan itu rasanya nya sodare-sodare..!! kaya disunat dua kali.. yang kedua gak bersisa.. Perih sekaligus Frustasi..

Sueeee..

Intuisi

Seperti halnya orang-orang pilihan yang disayang Allah, seniman pun memiliki firasat sendiri, yang mereka kabarkan lewat lirik lagunya.

Gak ada yang gak tau lagu wakil rakyatnya Iwan Fals, dari sejak lirik lagu itu ditulis sampe sekarang wakil rakyat ya begitu itu gaweannya. Bang Bens misalnya, entah taon berapa lagu Kompor meleduk diciptakan, ampe gini hari jakarta masih banjir dan kompor masih meleduk, bahkan lebih dahsyat sampe menghilangkan banyak nyawa, meskipun kompornya udah berubah bentuk, yang tadinya pake minyak tanah, sekarang pake gas yang tabungnya warna ijo, warna yang sama ame balon yang meletus dalam lirik lagu balonku, ciptaan AT Mahmud.

Dan baru-baru ini saya baca postingan seseorang tentang isu globalisasi, ia mengutip pendapat para pakar ekonomi liberal, yang mengatakan bahwa telah terjadi ketimpangan besar dalam perekonomian dunia, negara kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Laah, bukannya itu lagunya Rhoma Irama "Yang Kaya Makin Kaya Yang Miskin Makin Miskin". Jangan tanya saya, siapa yang sebenernya jiplak kalimat sakti itu. Rhoma Irama yang pernah denger para pakar itu berpendapat, atau para pakar itu yang diem-diem sering dengerin lagu dangdut. Hehe.

Balik lagi ke Iwan Fals, taukan lagu Kereta tiba pukul berapa? ada baitnya yang bercerita tentang proses tawar menawar saat kena tilang. Sampe sekarang ya begitu itu.

Entah esok hari, entah lusa nanti, entaah..

Hidup memang gak lebih dari pengulangan sejarah, bedanya hanya pelaku, waktu, dan situasi yang sedikit berubah.

Bermainlah Agar Nanti Gak Main-main

Eh profeesor lho itu, jelas bukan kelas saya cara berfikirnya. Jadi kalo beliau punya pandangan bahwa menambah jam belajar memang solusi untuk membentuk manusia Indonesia yang bisa eksis di dunia internasional, pasti bukan asbun macam saya. cumaaaa... cuma yaitu.. sesekali orang-orang yang 'gila sekolah' itu kudu dengerin juga omongan ngawur orang-orang yang 'gila main', macam anak kampung ini. Hahaha.

Begini sudara-sudara, selain alasan eksistensi kita di dunia internasional, kata pak menteri, menambah jam belajar perlu dilakukan demi menjaga anak-anak kita dari pergaulan, dan dari pendidikan agama yang nganu-nganu di luaran. Ini bener nih.. cumaaaa...

Cuma yaitu, ada yang kadang kita lupa, dunia anak dari jaman kalender belon ada ampe jaman kalender gak ada lagi, gak akan berubah, dunia anak ya dunia main. Lihat deh gimana Ibrahim kecil berfilsafat memikirkan Tuhan nya, dengan bintang, bulan dan fantasi-fantasi ala anak-anak. Atau bagaimana Daud kecil menumbangkan Jalut sang raksasa dengan senjata mainan anak-anak. Ya begitu itu anak-anak, selalu sederhana namun menakjubkan cara berfikirnya, natural (gak terkontaminasi pemikiran macem-macem), tulus (gak ada niatan macem-macem), ceria (gak terbebani kekhawatiran macem-macem).

Jadi pak menteri yang baik hati, sebelum niat mulia bapak yang ingin menjadikan anak-anak indonesia sebagai manusia yang bisa bersaing dalam kerasnya globalisasi, dengan cara memangkas hak bermain mereka, itu terlaksana. Bayangkanlah dulu, wajah-wajah kecil nan murung di sudut-sudut kelas, karena kurang main. Bayangkan juga muka-muka pintar mereka saat dewasa tapi terlihat kaku, dingin, bahkan terkesan angkuh persis orang kurang piknik, dan kurang main.

Apa gak sebaiknya disediakan ruang-ruang terbuka di sudut-sudut kota, tempat mereka bermain lepas, berlari kesana kemari, bermain bola, galasin, dan permainan tradisional lainnya. Atau memberikan fasilitas bermain anak-anak desa di antara hamparan sawah, permainan-permainan yang bisa menstimulasi kecerdasan mereka. Cerdas dengan bermain atau main-main yang mencerdaskan.

Semoga kelak, gak ada pejabat yang main-main, pemimpin yang main-main, ulama yang main-main, ilmuwan yang main-main, tentara yang main-main. Karena masa kecilnya kurang main, kekenyangan sekolah, hehe.

Dah gitu aja!

Habibie



Beberapa hari lalu beliau -Mantan Presiden paling santun, cerdas tapi rendah hati- itu, meresmikan salah satu Rumah Sakit Ginjal di Bandung. Rumkit ini gratis bagi masyarakat gak mampu, ada dua lagi rumkitnya di Bogor dan di Batam, dan rencana mo buka juga di Gorontalo,  Alhamdulillaah. Moga berkah ya pak, manfaat buat bangsa Indonesia. Etapi beneran kan gratis? ntar susah lagi prosedurnya, kudu anu kudu itu. Jangan ya pak! muke-muke susah kaya saya mah gampang pak ngenalinnya, hahaha.

Andai banyak orang-orang hebat di negeri ini macam beliau, rasanya sedikit dari banyak masalah negeri ini bisa teratasi, jadi yang mo nyapres atau nyagub gak perlu menjual solusi (baca;janji) saat kampanye, macem sales kartu kredit di mall-mall, malu sayah.

Saya inget kalimat yang diucapkan Pak Habibie saat wawancara di salah satu tipi swasta, waktu ditanya, "setelah semua yang bapak lakukan buat bangsa ini, bapak ingin dikenang sebagai apa?"

Jawab beliau, "saya hanya ingin dikenang sebagai warga negara yang baik.."

Begitulah, karena untuk bermanfaat, kita gak kudu jadi pejabat. Untuk berbuat sesuatu yang keren, kita gak kudu jadi presiden. Untuk membuat sebagian orang sujud syukur, kita gak kudu jadi gubernur.

Tapi jika takdir akhirnya menuntun kita pada jabatan dan tahta, banyak-banyakin dah istghfar, itu durian montong dari besi panas udeh manggil-manggil di akherat, hehe.

Doorfrize

Fuiiiihhh.. aer apaan nih panas buanget, hampir aja melepuh bibir saya.
Ya Allah, apa jangan-jangan? aah gak mungkin, masa iya Allah negur saya pake aer panas dari kolam di neraka, pikir saya dalem hati, sesaat setelah ngeliat wadah aer di depan saya. Berbentuk kotak lumayan gede, terbuat dari plastik berwarna putih.
Apa doorprize itu haram ya? iya benda itu saya dapet dari doorprize kemarin malem, saat acara malem puncak peringatan tujuh belasan.

Bisa jadi haram buktinya si emak gak jadi naek haji dari hasil undian, saya jadi ingat pelem emak ingin naek haji. Mungkin pesan itu yang ingin disampaikan sang penulis skenario.
Tapi Haji Sulam bisa naek haji karna undian juga, kali ini saya inget sebuah sinetron yang ampe sekarang masih tayang, meski tukang buburnya udah gak ada.

Saat saya tengah dilanda kebingungan memikirkan hukum haram-halalnya doorprize, tau-tau ada suara dari dapur, "ayaaah kalo mo ngopi aernya dah panas tuh, dispensernya aku idupin dari pagi!"

Laah jadi aer panas itu, yang bikin bibir saya senat-senut itu bukan dari kolam di neraka toh, tapi dari benda yang namanya dispenser itu. Halaah, pantesan!!

#ngopidulungopi_hehe

Tenar

Populer dan menjadi terkenal itu kadang kaya orang tidur trus NGOROK, tau ngorok? /gak tau. Emang kalian kalo tidur gak ngorok? /gak tuh..

Naah kan, padahal kalian ngorok nya macem mobil truk ngerem di turunan, "ssiiiiiiiinnngg.... derrrrrrrrrhh.."
Tapi gak sadar kan? tau-tau begitu bangun dari tidur orang-orang di sekitar kalian menatap takjub. Ya begitu itu, menjadi terkenal kadang kita sendiri gak sadar, seperti mimpi tau-tau medsos rame, ada muke kita di tipi. Penjaga warteg yang ayu itu, polisi ganteng yang kesorot kamera itu, bu lurah dan bu guru muda itu, pernah mengalami.

Boleh-boleh aja kalian seneng menjadi terkenal, tapiii.. banyak artis di luar negeri sana justru depresi ketika mulai terkenal.
Beneran, karena menjadi terkenal sama aja kita membuka pintu kamar kita selebar-lebarnya, gak ada lagi ruang privasi, dari mulai buang hajat, makan, tidur, bahkan onani, semua orang merasa pantas untuk mengetahui.

#SaveOwiButet_YangLagiTenar

Semuanya Baik-baik Saja

Dari beberapa link berita tentang kenaikan rokok yang gw buka, semuanya ngambang, iye ngambang kaya anuan di kali. Trus ngapa kalian rame bangat siih? Wooii tuh barusan Tjipta Lesmana bilang baru beberapa hari menjabat jadi Menteri,  Pak Arcandra sowan ke KPK dan menjelaskan temuan-temuan "ehm" di Kem ESDM. Ada gak tuh diberita?

Kemaren, Ibu Sri Mulyani bilang negara kita ngutang bukan buat bayar utang, tapi buat bayar bunganya doang. Jadi istilahnya bukan lagi gali lobang tutup lobang, tapi gali lobang trus nyemplung ke lobang, modiaarrr. Apa menurut kalian ngebahas kenaikan udut yang gak jelas juntrungannya itu masih lebih menarik?

Belon lagi masuknya narkoba dari luar negeri, sama derasnya dengan masuknya orang-orang serupa Jetli ke negeri ini. Awal pekan ini, beberapa paket narkoba ditemuin lagi, dalam kemasan teh Cina, kali ini katanya dari negeri jiran. Ngeriiii sodare-sodare.

Mari kita berdoa sebelum tidur malam ini, untuk kebaikan negeri ini, seperti doa pak Syafii, #eeh. Dan berharaplah, ketika terbangun esok pagi, semua itu gak pernah terjadi, Indonesia masih baik-baik saja, Aamiin.

Insomnia

Di luar, gemercik air seperti sanjak berantai, menceritakan kesepian-kesepian, lalu mengumpulkan  lamunan-lamunan yang mulai liar berlarian. Di dalam kamar, suara dengkur nino terdengar malu-malu mengikuti tempo lagu bermimpi, tembang lawasnya basejam. Dan naasnya, saya boro-boro bisa bermimpi. Mata, tangan, otak, semua kompak ogah rehat.

Bismika Allahuma ahya wa amuut..

Jangan Pernah Bosan

Kita bertemu, awalnya seperti kebetulan.
Seniscaya bintang dan bulan yang dipertemukan malam, sejatinya, itu kesengajaan. Begitulah Tuhan menggubah kidung kehidupan.
Seperti nadir yang merindu zenit, begitu absurdnya jika Tuhan tak hendak memadukan.
Dari itu, semoga kita tak pernah bosan menyemarakkan langit. Sepanjang malam, sampai malam bosan dengan gelapnya.

Buruk Muka Cermin Mengalah

Dari Narcissus - laki-laki tampan yang selalu terpesona menatap ke dalam telaga, dimana paras eloknya terpantul. Di telaga itu pula ia tenggelam, saat kali terakhir mengagumi wajahnya, tanpa menyadari tubuhnya yang mulai melemah dan tak kuat lagi beranjak dari tepi telaga. Ia tewas bersama kekaguman akan dirinya sendiri - kita belajar, bahwa kekaguman kita pada diri sendiri terkadang meniadakan penilaian orang lain yang tak lain adalah cermin bagi kita, yang dengannya kita memperbaiki kekurangan-kekurangan kita.

Kesadaran kita akan siapa kita, manusia yang selalu memiliki cela, manusia yang memiliki noda-noda masa lalu di wajah, menjadi elemen terpenting dalam upaya mengenali diri kita, mengoptimalkan kejernihan wajah kita. Tanpa itu, cermin hanya serupa telaga yang akan menenggelamkan kita, karena kita tak ubahnya Narcissus yang tak pernah melihat kelemahan dan kekurangan dirinya.

Mulailah pagi ini dengan meminum segelas air putih agar pikiran menjadi jernih, agar kita, saya khususnya, tetap sadar. Tak lebih hanya seorang laki-laki dengan tiga orang putra, bukan seorang Nicolas Saputra.

Hitam Putih


Duniamu nak, tetaplah yang terindah, meski kau memandangnya hitam putih. Iya hitam putih, bagimu hanya ada dua ekspresi, tersenyum saat ada hal indah, dan menangis jika sesuatu tampak menakutkan dimatamu.
Kelak, waktu yang mengajarkan mu melihat warna yang berbeda. Ada saatnya kau akan melihat sesuatu yang terlihat menakutkan, pada saat yang berbarengan ia menjadi begitu indah. Pun ada sesuatu yang nampak begitu indah, padahal hal yang menakutkan tengah bersemayam dibalik topeng yang menutupinya.

Nak, dunia ini seperti kanvas Sempurna Sang Maha Karya . Kau lukis saja apa yang ingin kau lukis, tentang apa saja. Ia akan selalu indah dengan apapun dan bagaimanapun kau melukisnya. Kau lukislah sesukamu, dengan warna yang kian hari kian banyak yang kau ketahui. Dan dekaplah selalu bahagia mu.

Galmup

"Bahan cerita anak-anak, dikutip dengan sikap dewasa dan hasil pemilu dipahami secara kekanak-kanakan, manakah yang lebih fungsional dibidang keilmuan?"

Pertanyaan itu saya kutip dari buku "Pil Koplo Dan Don Quixote" yang ditulis Mohamad Sobary (penulis senior mantan Bos Antara, Lembaga Kantor Berita Nasional) 16 taun silam.

Wajar akhirnya suaminya markonah begitu populer (biar gak nyebut nama mukidi) dengan cerita-cerita lucunya, yang sering kita temui dalam keseharian di sekitar kita. Iya bener, kita jenuh sama berita-berita politik yang makin gak banget, pasca pemilu paling fenomenal, yang membuat teman jadi lawan, ade-abang gak tegoran, suami-istri pisah ranjang (haha masa iya ampe segitunya) gegara yang satu milih Pak Joko, yang lainnya Pak Wowo.

Ternyata kita emang belum dewasa alias kekanak-kanakan dalam menyikapi hasil pemilu. Buktinya, ampe sekarang kalo ada 'samwan' yang cerita kondisi memprihatinkan bangsa ini, dibilangnya nyinyir. Sebaliknya kalo ada samwan yang cerita kemajuan negeri ini, dibilang hoax. Hadeeuh puyeng baang.. pale rogayeh.

Aselih, sikap kita yang begitu itu, nanti 5 atau 10 tahun lagi, saat anak-anak kita udah mulai paham, itu akan terlihat jauh lebih konyol dari cerita temennya wakijan (biar gak nyebut mukidi).

Bukan begitu bang ji'ih?

Pledoi

Kemaren Nino dan Syifa ikut lomba, hampir semua lomba mereka daftar, alhamdulillaah, gak satupun lomba yang mereka juarai, kutukan kayanya, haha. Waktu lomba makan kerupuk, Nino saya tanya, "kamu kan jago makan, ko gak menang makan kerupuk?"
"Ya iyalah, kerupuk nya digantung, coba kalo di bawah, pasti dah abis ama nino!?" kata nino sambil nyengir.

"Huuu.. mana ada lomba makan kerupuk, kerupuk nya di bawah, itu mah prasmanan!" saya uyeng-uyeng rambutnya.

Dalem hati saya, kamu harus terbiasa dengan kekalahan nak, laki-laki kudu tahan banting, laah wong saya aja dulu lomba seringan kalahnya, hehe. Kemaren aja saya balap karung sengaja jatoh-jatohan biar seru, gak cari menang (gak mungkin juga buat menang soalnya, wkwkwk).

Tapi beneran, perlombaan itu bagus lho, meski kata orang gak ada hubungannya sama kemerdekaan. Dengan terbiasa berkompetisi, mental kita jadi kuat, siap kalah apalagi menang. Dan itu saya rasain sendiri, karena seringnya kalah dalam lomba, ketika kalah saing dalam berebut ehm.. si anu, saya biasa aja. Gak kaya situ! kalo kalah saing bilangnya si pulan pasti pake peleet, huuuu payah serutan kelapa..

#DirgahayuNegerikuh
#Merdekah