Selasa, 27 September 2016

Pesbuk Vs Pelaminan


Saya belon lama jadi penghuni pesbuk (orang bogor gak bisa nyebut F makanya saya gak bisa nulis fesbuk), belon satu dekade. Seorang kawan waktu itu yang menganjurkan, untuk melacak keberadaan kawan-kawan yang lain yang sekian waktu gak jumpa, katanya. Saya pikir-pikir boleh juga dicoba, gratis ini.

Awalnya, dengan jumlah temen yang belum seberapa, pesbuk gak ubahnya lembaran iklan di koran poskota, hanya sederet aksara tanpa makna, gak menarik tapi bikin penasaran kalo gak ngelirik.

Belakangan, saya mulai suka, bahkan menggila, karena; kawan lama mulai sering bertukar kisah, bertemu muka pernah juga, kawan baru menambah warna di beranda. Saya mulai suka membaca postingan para pesohor pesbuk, tulisannya keren-keren. Banyak hal-hal baru yang mengubah paradigma saya. Tentang politik misalnya, satu kata yang dulu saya sama sekali gak suka. Tentang catatan perjalanan juga, yang dulu baca itu lebih membosankan dari menanti gaji di tanggal tua. Tentang seni menata kata, orang menyebutnya sastra, meski semakin sering saya membacanya, semakin saya menderita, sebab berkali-kali kudu keluar masuk situs Kamus  Bahasa.

Serumit-rumitnya dan se-ngeselin-ngeselinnya postingan-postingan di atas, jauh lebih layak mengisi akal sehat, ketimbang postingan yang endingnya lebih ngeselin dari lawakannya cak lontong, "yang ngelike semoga masuk surga, yang komen amin semoga masuk tentara, yang diem aja semoga udah jadi tentara disuruh keluar ame bapaknya.."

Pesbuk, kalo kita gak cerdas menggunakannya, keliwat baper ngeliat berandanya, dia bakalan kaya lirik lagu 'mirasantika'nya Rhoma Irama.
"Gara-gara kamu orang bisa menjadi edaan..
Gara-gara kamu orang kehilangan masa depan..
Gara-gara kamu kawan jadi musuh bebuyutan..
Gara-gara kamu sampe ada yang lupa naik pelaminan.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar