Kamis, 29 September 2016

Melangit Dengan Keterbatasan


Peter, anak muda berkaca mata minus itu terlihat sedih saat menceritakan pengalamannya semasa kuliah, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Ia masih ingat betapa sulitnya bersosialisasi dengan dosen dan teman-temannya, karena keterbatasannya, Peter memang penyandang disabilitas, ia kesulitan mendengar dan berbicara.

Tapi siapa yang menduga jika akhirnya di sebuah kampus besar di Jakarta dia justru menjadi pengajar, memberikan mata kuliah yang cukup unik, Bisindo -bahasa isyarat Indonesia-, yang sejak tahun 2009 Bisindo resmi jadi mata kuliah peminatan di fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Selain Peter ada juga Panji, di tahun 2003, Panji yang juga tuna rungu berhasil menjadi pemenang ke 3 di ajang kompetisi IT dan Global Teknologi untuk anak-anak muda penyandang disabilitas, di Bangkok.

Peter dan Panji, dua dari sekian banyak orang-orang yang melangit dengan keterbatasannya. Mereka enggan bertekuk lutut pada kepahitan hari-harinya, lalu sekuat hati membungkus keistimewaannya dengan harapan-harapan akan pagi yang selalu punya cerita sendiri. Dan itu akhirnya terbukti.

Dan kebanyakan dari kita hari ini masih asik menertawakan kebudegan Haji Bolot, yang mendadak sembuh kalo denger kopi ame perempuan. Lupa menertawakan diri sendiri yang selalu saja menanti pagi dengan kekeliruan dan kepura-puraan.

#SelamatHariTunaRunguSedunia
#MerekaGuruHidupKita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar