Sabtu, 03 September 2016

Bermainlah Agar Nanti Gak Main-main

Eh profeesor lho itu, jelas bukan kelas saya cara berfikirnya. Jadi kalo beliau punya pandangan bahwa menambah jam belajar memang solusi untuk membentuk manusia Indonesia yang bisa eksis di dunia internasional, pasti bukan asbun macam saya. cumaaaa... cuma yaitu.. sesekali orang-orang yang 'gila sekolah' itu kudu dengerin juga omongan ngawur orang-orang yang 'gila main', macam anak kampung ini. Hahaha.

Begini sudara-sudara, selain alasan eksistensi kita di dunia internasional, kata pak menteri, menambah jam belajar perlu dilakukan demi menjaga anak-anak kita dari pergaulan, dan dari pendidikan agama yang nganu-nganu di luaran. Ini bener nih.. cumaaaa...

Cuma yaitu, ada yang kadang kita lupa, dunia anak dari jaman kalender belon ada ampe jaman kalender gak ada lagi, gak akan berubah, dunia anak ya dunia main. Lihat deh gimana Ibrahim kecil berfilsafat memikirkan Tuhan nya, dengan bintang, bulan dan fantasi-fantasi ala anak-anak. Atau bagaimana Daud kecil menumbangkan Jalut sang raksasa dengan senjata mainan anak-anak. Ya begitu itu anak-anak, selalu sederhana namun menakjubkan cara berfikirnya, natural (gak terkontaminasi pemikiran macem-macem), tulus (gak ada niatan macem-macem), ceria (gak terbebani kekhawatiran macem-macem).

Jadi pak menteri yang baik hati, sebelum niat mulia bapak yang ingin menjadikan anak-anak indonesia sebagai manusia yang bisa bersaing dalam kerasnya globalisasi, dengan cara memangkas hak bermain mereka, itu terlaksana. Bayangkanlah dulu, wajah-wajah kecil nan murung di sudut-sudut kelas, karena kurang main. Bayangkan juga muka-muka pintar mereka saat dewasa tapi terlihat kaku, dingin, bahkan terkesan angkuh persis orang kurang piknik, dan kurang main.

Apa gak sebaiknya disediakan ruang-ruang terbuka di sudut-sudut kota, tempat mereka bermain lepas, berlari kesana kemari, bermain bola, galasin, dan permainan tradisional lainnya. Atau memberikan fasilitas bermain anak-anak desa di antara hamparan sawah, permainan-permainan yang bisa menstimulasi kecerdasan mereka. Cerdas dengan bermain atau main-main yang mencerdaskan.

Semoga kelak, gak ada pejabat yang main-main, pemimpin yang main-main, ulama yang main-main, ilmuwan yang main-main, tentara yang main-main. Karena masa kecilnya kurang main, kekenyangan sekolah, hehe.

Dah gitu aja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar